Berbagi tips dan trik seputar pengalaman hidup di segala bidang

Cari Blog Ini

Inpirasi : Lulus dalam 3 tahun dengan Predikat "Cum-laude"

         Richard Henokh Kurniawan tak pernah bermimpi bisa lulus dalam waktu tiga tahun dari jurusan Ilmu Komputer di Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UI dengan predikat cum laude. Ia lulus dengan IPK 3.83.

Richard adalah putra dari Basuki Kurniawan, pengusaha di bisnis furnitur dan properti. Basuki pemilik PT Indoexim International dan PT Rivela International.

Kendati demikian, Richard tak lantas dimanjakan sang ayah. Richard kecil merupakan "penggila" game. Namun kedua orangtuanya tak pernah membelikan dia PlayStation meski dia suka bermain PlayStation.

Untuk bermain PlayStation, Richard harus pergi ke rumah temannya. Richard kecil tumbuh di lingkungan yang penuh optimisme. Sikap itu itu dibangun oleh Basuki dan istrinya, Theresianawati.
"Mama pernah cerita, waktu saya dalam kandungan, mama masih jualan mie ayam di pinggir jalan. Itu buat nopang hidup dan sambilan," cerita Richard kepada Kompas.com di kampus UI, Senin (28/8/2016).

         Saat itu, kata dia, ayahnya masih bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan. Basuki merintis usaha furnitur dan properti. Kehidupan keluarganya pun mulai berubah. Meski hidup di lingkungan yang penuh optimisme, Richard kecil tak melulu patuh. Ketika masih sekolah dasar, banyak waktunya dihabiskan untuk bermain game di komputer atau laptop. Richard bercerita, dirinya candu dengan game sejak kelas empat SD hingga menjelang lulus dari sekolah menengah pertama (SMP). Tak pelak, Richard kerap jadi sasaran kemarahan ibunya. Ibunya berusaha dengan segala cara menjauhkannya dari laptop agar tidak melulu bermain. "Dulu sampai laptop diumpetin mama karena saya kecanduan (game) banget," kenang Richard. Kecanduan Richard diakuinya sampai tingkat akut. Saat SMP, Richard lebih banyak menghabiskan waktu bermain game online selepas sekolah. Sementara untuk belajar, Richard mengaku kalau hanya disuruh atau dipaksa ibunya.Tak ayal, Richard dan ibunya kerap berselisih paham. Hingga akhirnya ayahnya menyarankan dia untuk masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah. "Saya sering kecanduan game dan berantem sama mama. Akhirnya papa sarankan masuk SMA Taruna Nusantara, karena untuk jauhkan dari kecanduan game, juga menghindari debat sama mama," ungkap Richard. Bak gayung bersambut, Richard tertarik juga masuk SMA Taruna Nusantara. Selain mengikuti kemauan sang ayah, ia juga mengaku ingin menjadi pribadi lebih baik.

         Memasuki sekolah semi militer, membuat Richard bekerja keras untuk beradaptasi. Itu tak mudah baginya. Kerap kali ia gagal menghafal nama dan daerah asal temannya. "Langsung disuruh push up 15 kali. Susah banget awalnya karena gak biasa, baru pertama," cerita Richard. Tiga bulan pertama di SMA Taruna Nusantara tantangan bagi Richard. Semu kontak dengan orangtua terputus. Di masa tiga bulan itulah Richard digembleng untuk bertahan dan beradaptasi. Beruntung, ia memiliki teman seperjuangan yang juga sama-sama bertahan."Di sana satu angkatan 300 orang, sama-sama jauh dari orangtua, tapi saling menguatkan," ungkap Richard. Kehidupan di Taruna Nusantara dilalui dengan optimis. Di bidang non-akademik, Richard bergabung dengan kelompok marching band sebagi marching bells. Ia juga sempat meraih Juara Harapan 1 di bidang business plan.Sementara di bidang akademik, Richard langganan masuk 10 besar di kelasnya setiap tahun. "Terakhir sempat prestasi di bidang matematika. Saya peringkat pertama bidang matematika di satu angkatan SMA Tarnus. Saat itu kelas 12 di semester 1," kenang Richard.

        Studi di Fasilkom UI bukan murni pilihan Richard. Anak pertama dari dua bersaudara itu mengikuti saran sang ayah. Pria kelahiran 1996 itu awalnya berniat masuk ke Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN). Namun keinginannya ditolak mentah-mentah sang ibu. "Mama gak izinin, karena tiga tahun gak ketemu, terus ilang lagi. Akhirnya papa bilang, kuliah aja," ungkap Richard. Richard mengaku sempat kebingungan. Ayah Richard akhirnya turut memberikan saran untuk masuk ke Ilmu Komputer di Universitas Indonesia.Hal itu disarankan sang ayah karena Richard candu dengan game. Richard akhirnya masuk lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. "Tapi saya juga gak tahu Fasilkom apa. Karena emang gak tahu mau ke mana, kemudian papa sarankan itu, ya sudah," ungkap Richard. Di kampus, Richard menantang dirinya untuk berbuat lebih baik. Terbukti, Richard menjadi Ketua Mahasiswa Fasilkom Angkatan 2013. Hasil gemblengan selama tiga tahun soal kedisiplinan di SMA Taruna Nusantara diterapkan Richard di dunia kampus. Sejak pukul 05.00 WIB Richard sudah bangun untuk berolahraga dan makan. Ia lakukan itu sebelum masuk ruang kuliah pukul 08.00 WIB. Saat kuliah ia berusaha fokus. Di luar ruang kuliah, Richard lebih banyak beraktivitas bersama temannya. Salah satu kegiatannya adalah bermain musik. Ia bersama temannya membuat band, Anticode Sophomore.  Musik sudah menjadi bagian dari hidup Richard sejak kecil. Sejak umur lima tahun, Richard sudah mengikuti les piano. Setelah itu, Richard belajar gitar, bass dan drum. Richard juga belajar vokal. Kegiatan bermusik itu dilakukan tanpa paksaan orangtua. Kedua orangtuanya, kata dia, tak bisa bermain alat musik. "Papa bisa main gitar, tapi enggak banget," kata Richard sambil tertawa.

      Sebelum dinyatakan lulus dari UI, Richard sudah diterima di Renmin University of China. Ia akan melanjutkan studi S-2 di sana untuk mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA).Pilihan ke Renmin University of China juga tak lepas dari campur tangan sang ayah. Menurut Richard, ia sudah memberitahu ayahnya soal kemungkinan akan lulus kuliah dalam tempo tiga tahun. Ayahnya menyarankan untuk mengambil kuliah dsi Renmin University of China. Richard setuju dan mulai mempersiapkan diri, salah satunya belajar Graduate Management Admission Test (GMAT) sejak Januari 2016. Persiapan lainnya adalah meminta ke pihak UI surat keterangan lulus sebagai prasyarat pengajuan beasiswa Chinese Government Scholarship di Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi RI. Tahap penerimaan di Renmin mulai berlangsung pada Mei 2016. Mahasiswa S2 di China, khsususnya di Renmin, biasanya minimal punya pengalaman kerja tiga tahun. Namun Richard tak harus memiliki itu dan ia diterima. Di kampus barunya nanti, Richard menjadi mahasiwa program MBA termuda. Ia kini berumur 20 tahun. "Kalau teman-teman saya di kampus usianya 25 sampai 38 tahun," kata Richard. Ia akan memulai kuliah pada pertengahan September 2016.

Sumber : megapolitan.kompas.com
Labels: Artikel, Inspirasi

Thanks for reading Inpirasi : Lulus dalam 3 tahun dengan Predikat "Cum-laude". Please share...!

0 Comment for "Inpirasi : Lulus dalam 3 tahun dengan Predikat "Cum-laude""

Back To Top